Khotbah

Rabu, 04 Januari 2012

"CAKAP MENGAJAR"


( II Timotius 2:1'2 )



"Sebab itu, hai anakku, jadilah kuat oleh kasih karunia dalam Kristus Yesus. Apa yang telah engkau dengar dari padaku di depan banyak saksi, percayakanlah itu kepada orang-orang yang dapat dipercayai, yang juga cakap mengajar orang lain.”

              Kata ‘disaksi’ untuk mengajar dalam ayat emas di atas, ialah bentuk aorist aktif dari kata Yunani ‘didaskō’, yang secara penerapan tunjuk pada aktivitas ‘sesaat/setiap saat’ dari orang Kristen yang menyelesaikan pekerjaannya untuk “berbuat seperti yang dipesankan kepada mereka” (Matius 28:15).  Itulah tugas ganda murid-murid Yesus dalam menjalankan perintah Amanat Agung Sang Guru bagi pemuridan semua bangsa. Jaminan yang meneguhkan pelayanan mulia ini ialah penyertaan Tuhan senantiasa sampai kepada akhir zaman.  Para murid itu dengan demikian telah dipanggil untuk mengajar orang lain dengan baik!
1. Guru pertama yang melakukan praktek mengajar, adalah Allah Sendiri.        Kejadian 2:8. Di taman Eden,  Adam dan kemudian Hawa,  diajar segala sesuatu yang diharapkan-Nya kedua pasutri tersebut kerjakan bagi-Nya.
2. Musa; tidak sekedar memotivasi, tetapi mewajibkan bangsa Israel mengajar
berulang-ulang anak-anak mereka -Ulangan 6:6-9. Salah satu hukum dan undang-   undang yang adil dari The Mosaic Law, yang menjadikan mereka bangsa yang besar.
3. Teladan utama tetap adalah Yesus Kristus (Exemplum Christi)! Lukas, tabib yang
dikasihi, menyampaikan kesaksian kepada  Teofilus, tentang segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan Yesus sampai pada hari Ia terangkat  Kisah 1:1,2. Masa bakti 3½ tahun di dunia  dihabiskan-Nya untuk mengajar di rumah-rumah ibadat, memberitakan Injil Kerajaan Allah serta melenyapkan segala penyakit dan
kelemahan  di antara bangsa itu
. Matius 4:23. Dua macam pelayanan yang terpisah yang dilakukan-Nya pada setiap pagi dan petang. Ada perbedaan antara mengajar dan menginjil, seperti juga seorang guru berbeda dari seorang penginjil  -Efesus 4:11.  Perbedaan kedua karunia pelayanan itu terletak pada dasar panggilan.  Seseorang tak dapat memiliki dua jawatan sekaligus, juga tidak berarti bahwa ia bisa ‘naik pangkat’ dari jawatan yang satu kepada yang lainnya. Jawatan-jawatan itu saling mengalir ke dalam. 
Seorang pengajar harus dapat menginjil, namun hal itu tidak menjadikannya seorang penginjil; ia tetap seorang guru.
MENGINJIL (evangelistes) berarti: mengumumkan kabar baik! Bertujuan untuk mendapatkan perhatian kepada suatu kebenaran. Sebaliknya, mengajar adalah menjelaskan kebenaran tersebut.
MENGAJAR (didaskalos), yang diterjemahkan menjadi dokter dan guru, mempunyai maksud: mendidik; memberi suatu uraian; menyampaikan pengetahuan; menaruh doktrin; menerangkan dengan segamblang-gamblangnya.
     Diantara 90 kali sebutan dan julukan yang dipersembahkan kepada Tuhan Yesus, 10 kali diantaranya DIA dinamai atau dipanggil sebagai Guru.  Yohanes 13:13, “Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan.”  Kini, bagaimanakah partisipasi aktif kita dalam tugas yang luhur ini?  Sejauh mana upaya yang kita telah buat bagi orang lain?  Ingatlah selalu, bahwa tanggungjawab kita adalah mengajar mereka dari Firman Allah.  Seorang guru yang baik, ialah seorang yang mempunyai kecakapan untuk menguraikan kebenaran-kebenaran dan prinsip-prinsip Alkitab dengan cara yang sedemikian rupa, sehingga seorang Kristen yang terkecilpun (anak-anak Pelnap/Sekolah Minggu) akan bisa mengertinya! Lihat Kolose 1:27-29.
Beberapa catatan untuk pemotivasian diri:
1. Martin Luther, bapak reformasi, yang memperhatikan kepentingan dari mengajar  anak-anak di dalam gereja.  Akibat kompromi Gereja dengan politik praktis pemerintahan kala itu, maka dunia Kristen mengalami masa-masa suramnya sampai dengan tercetusnya Reformasi 31 Oktober 1517 yang menghebohkan itu. Metode modern kemudian lahir, yaitu mengajar dengan cara bertanya dan menjawab: katekisasi.
2. Robert Raikes,  editor dari sebuah harian, yang dianggap sebagai  penggerak dan mentor Sekolah Minggu, tahun 1780;  telah banyak menyumbangkan tenaga serta pikiran  untuk mengajar anak-anak  bagaimana menulis  dan membaca dalam
bahasanya
sendiri.
3. Kembali kepada murid-murid Yesus tadi: Kisah 5:42, “Dan setiap hari mereka melanjutkan  pengajaran mereka  di  Bait Allah  dan di rumah-rumah orang dan    memberitakan Injil tentang Yesus yang adalah Mesias.” Aniaya yang dialami justru telah menunjang kemajuan pekerjaan pengajaran dan penginjilan itu!
Amin!.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar