Khotbah

Selasa, 03 Januari 2012

Rahasia Kesetiaan

      Perjumpaan dengan Roh Kudus adalah suatu peristiwa di mana Roh Kudus datang menghampiri kita dan memanifestasikan kehadiran dan kuasa-Nya. Ini adalah “puncak” dari persekutuan kita secara pribadi dengan Roh Kudus yang kita bina dan kita pelihara setiap hari. Peristiwa perjumpaan dengan Roh Kudus ini, dikenal sebagai pengalaman “Pencurahan Roh Kudus”.

Yoel 2 : 28,  “Kemudian dari pada itu akan terjadi, bahwa Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas semua manusia, maka anak-anakmu laki-laki dan perempuan akan bernubuat; orang-orangmu yang tua akan mendapat mimpi, teruna-terunamu akan mendapat penglihatan-penglihatan.”

Pada peristiwa itu Roh Kudus “tercurah” seperti hujan dari Sorga (Yoel 2 : 23) dan “memenuhi” orang percaya dengan hadirat dan kuasa-Nya dan “menguasai” orang percaya itu sepenuhnya. Orang percaya tersebut seolah “tenggelam” dalam hadirat dan kuasa Roh Kudus. Itulah sebabnya peristiwa itu juga disebut “Baptisan Roh Kudus.”

 “Maka Roh TUHAN akan berkuasa atasmu; engkau akan kepenuhan bersama-sama dengan mereka dan berubah menjadi manusia lain.” (1 Samuel 10 : 6)

“Sebab Yohanes membaptis dengan air, tetapi tidak lama lagi kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus.” (Kisah Para Rasul 1 : 5)
Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk; dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya.” (Kisah Para Rasul 2 : 2 – 4)

Apa akibat atau dampak pada orang percaya yang mengalami perjumpaan dengan Roh Kudus atau dibaptis dengan Roh Kudus?

Perjumpaan dengan Roh Kudus akan mengubah seseorang secara “radikal” atau dalam    1 Samuel 10 : 6 disebut sebagai “berubah menjadi manusia lain.” Ibadah dan pelayanan kita akan berubah. Dari yang suam-suam, asal-asalan dan semaunya menjadi bergairah dan sungguh-sungguh. Dari yang dingin, mati dan membosankan, menjadi menyala-nyala, hidup dan menyenangkan. Mengapa banyak orang Kristen beribadah dan melayani dengan cara yang dingin, suam-suam, mati dan membosankan? Karena mereka belum mengalami perjumpaan dengan Roh Kudus. Gairah dan semangat mereka hanya sesaat karena bersumber dari kekuatan daging, bukan dari kuasa Roh Kudus. Setelah perjumpaan dengan Roh Kudus pelayanan dan ibadah kita akan berbeda karena sekarang kita beribadah dan melayani Pribadi yang kita kenal dan pernah kita jumpai.

Yohanes 4 : 22,  “Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah apa yang kami kenal, sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi.”

Hidup kita juga dapat berubah secara radikal seperti yang digambarkan dalam Yehezkiel 37 : 10 – 11: dari “tulang-tulang kering” yang sudah kehilangan pengharapan dapat menjadi “tentara yang sangat besar” yang penuh semangat dan keberanian. Dari penakut berubah menjadi pemberani di dalam Tuhan. Sebelum dibaptis dengan Roh Kudus, Petrus sangat ketakutan sehingga ia menyangkali Yesus ketika ia berada di halaman balai imam besar. Tetapi setelah pencurahan Roh Kudus, Petrus yang sama dan berada di tempat yang sama, memiliki keberanian untuk berbicara di hadapan imam besar (Kisah Para Rasul 4 : 13). Kita pun dapat mengalami perubahan hidup yang radikal jika kita mengalami perjumpaan pribadi dengan Roh Kudus. Kita akan menjadi pribadi yang rohani, taat, semangat dan senang melayani.  

Perjumpaan dengan Roh Kudus akan memberikan kuasa yang sangat besar kepada orang yang mengalaminya (Kisah Para Rasul 1 : 8). Sebab pada perjumpaan tersebut Allah Roh Kudus menyalurkan kuasa yang luar biasa yang berasal dari “tempat yang mahatinggi”.
Kuasa itu akan memberikan kekuatan (power), kemampuan (ability) dan keberhasilan (effectiveness).

“Dan Aku akan mengirim kepadamu apa yang dijanjikan Bapa-Ku. Tetapi kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi.” (Lukas 24 : 49)

“Maka Roh TUHAN akan berkuasa atasmu; engkau akan kepenuhan bersama-sama dengan mereka dan berubah menjadi manusia lain. Apabila tanda-tanda ini terjadi kepadamu, lakukanlah apa saja yang didapat oleh tanganmu, sebab Allah menyertai engkau.” (1 Samuel 10 : 6 – 7)

Pengurapan Roh Kudus menjadikan orang Kristen efektif dan berdampak luas, sehingga ia menjadi sangat berguna bagi Allah; bagi kehendak dan rencana-Nya:

“Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.” (Kisah Para Rasul 1 : 8).

Orang percaya akan diubahkan secara radikal dari orang awam yang tidak mau terlibat dalam pelayanan dan hanya mau menjadi pengunjung gereja saja, menjadi pelayan Tuhan yang istimewa dan luar biasa. Mengapa banyak orang hanya duduk dan berpangku tangan di gereja? Atau mereka menjadi pelayan-pelayan yang tidak efektif dan seenaknya? Sebab mereka belum mengalami perjumpaan pribadi dengan Roh Kudus.

Perjumpaan dengan Roh Kudus akan membawa orang percaya ke “pusat kehendak Allah”. Pencurahan Roh Kudus digambarkan dalam Kisah Para Rasul 2 : 2 sebagai bunyi seperti “tiupan angin keras”. Ya, memang manifestasi kuasa dan kehadiran Roh Kudus seperti pusaran angin puting beliung yang akan “menghisap” orang percaya ke dalam pusaran kehendak Allah. Jika orang percaya dapat sampai di pusat atau pusaran kehendak Allah, maka ia akan menjadi orang yang sangat berhasil dan mencapai kemaksimalan di dalam Allah, sebab Allah ada di situ, Allah sedang berkarya dengan sepenuh kuasa di situ. Jika kita ada di situ maka kita akan mengalami apa yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan oleh kita dapat kita alami dan lakukan (1 Korintus 2 : 9).

Allah sangat berkenan kepada orang yang ada dalam pusat kehendak-Nya dan melakukan kehendak-Nya (Kisah Para Rasul 13 : 22). Allah akan menjadikan orang itu luar biasa. Allah menjadikan Daud - seorang gembala menjadi - Raja Israel. Allah menjadikan Yusuf - pegawai Potifar - menjadi wakil raja Firaun di Mesir. Allah menjadikan Petrus - nelayan dari Galilea - menjadi seorang rasul. Allah mengubahkan Paulus - si penganiaya umat Kristen - menjadi seorang rasul yang luar biasa. Mereka adalah orang-orang yang berada di pusat kehendak Allah.

Di dalam perjumpaan dengan Roh Kudus orang percaya dapat mengalami fenomena-fenomena supranatural, pengalaman-pengalaman spiritual dan menerima karunia-karunia Roh yang menjadikannya luar biasa. Mereka menjadi orang-orang yang memiliki otoritas rohani dan memiliki kemampuan-kemampuan yang istimewa.

Dalam 1 Samuel 10 : 10 – 11, Saul yang orang awam mengalami kepenuhan Roh Kudus dan bernubuat seperti seorang nabi. Dalam Kisah Para Rasul 2 : 4 orang-orang yang mengalami pencurahan Roh Kudus berkata-kata dalam bahasa yang sama sekali asing bagi mereka. Dalam Kisah Para Rasul 6 : 8, Stefanus, pelayan Tuhan yang penuh dengan Roh Kudus, menerima karunia-karunia dan mengadakan berbagai mujizat dan tanda ajaib. Stefanus memiliki hikmat yang luar biasa sehingga tidak ada yang sanggup melawan perkataannya (ayat 10). Begitu penuh Stefanus dengan hadirat Roh Kudus sehingga ketika ia berada di pengadilan agama mukanya nampak seperti muka seorang malaikat (ayat 15).

Pada perjumpaan dengan Roh Kudus, kita akan mengalami seolah-olah “sorga terbuka” di atas kita, dan kita mendapatkan perkenan Allah. Seolah-olah Allah Bapa sedang berkata kepada kita, “engkaulah anak-Ku yang Kukasihi. Aku berkenan kepadamu!”. Ya, pengalaman perjumpaan dengan Roh Kudus, adalah tanda perkenan Allah atas kita. Ketika Allah berkenan, Ia akan mengurapi dengan Roh-Nya Yang Kudus. Pada saat itu Roh Kudus juga membawa kita kepada pengenalan akan Allah Bapa dan Allah Putra. Oleh Urapan Roh Kudus, kita di bawa masuk ke dalam hadirat Allah Bapa dan Allah Putra yang kudus. Stefanus mengalami hal ini ketika Roh Kudus turun ke atasnya dan memenuhi dia, saat Stefanus hendak dirajam batu. Ia melihat “langit terbuka dan Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Allah” (Kisah Para Rasul 7 : 56).

Perjumpaan dengan Roh Kudus akan membawa kita kepada “dimensi illahi”; ke dalam hadirat Allah Yang Mulia. Di dalam dimensi illahi, atau di hadirat Allah, waktu seakan-akan berhenti. Itulah sebabnya orang yang kepenuhan dengan Roh Kudus dapat berdoa dan menyembah Allah berjam-jam lamanya tanpa merasa lelah. Dalam 1 Samuel 19 : 24, Saul rebah sehari-harian dan semalam-malaman ketika dipenuhi oleh Roh Kudus. Musa dapat tahan berpuasa empat puluh hari empat puluh malam ketika ia berada di dalam hadirat Allah. Demikian pula dengan Tuhan Yesus. Sebab di dalam dimensi illahi, waktu berhenti, sebab kita berada dalam dimensi kekekalan. Sebaliknya orang yang tidak sedang berada di dalam hadirat Allah sangat merasakan lambatnya waktu ketika beribadah. Mereka menjadi bosan dan merasa terlalu lama.

Di dalam dimensi kekekalan bahkan dunia sekeliling kita seolah tidak terasa. Ketika Stefanus dirajam, maka batu-batu yang menghujam tubuhnya tidak dirasakannya lagi (Kisah Para Rasul 7 : 59), sehingga di tengah hujaman batu-batu itu Stefanus dapat mendoakan pengampunan bagi orang-orang yang merajamnya dan menyerahkan rohnya kepada Tuhan Yesus (ayat 59 – 60). Itulah sebabnya mengapa Baptisan Roh Kudus itu begitu penting, sebab itu akan memberi kita kekuatan yang luar biasa untuk menghadapi dan menanggung berbagai masalah, ancaman dan aniaya. Tuhan Yesus tahu bahwa setelah Ia kembali ke sorga, orang-orang percaya akan mengalami berbagai penganiayaan. Kita menjadi mengerti sekarang mengapa Paulus dapat bermegah dan seolah-olah dapat “menikmati” segala macam masalah, bahaya dan aniaya yang menimpa dirinya. Sebab Paulus penuh dengan Roh Kudus (2 Korintus 12 : 10).

Kita sekarang mengerti mengapa pengalaman perjumpaan dengan Roh Kudus atau dibaptis dengan Roh Kudus menjadi begitu penting dan sangat diperlukan, sehingga Tuhan Yesus memerintahkan murid-murid-Nya untuk menantikan saat itu. Karena, kita memerlukan kuasa yang dapat menjadikan kita alat yang efektif bagi Tuhan, menjadi saksi yang memiliki daya jangkau yang luas, “sampai ke ujung bumi” (Kisah Para Rasul 1 : 8). Kita memerlukan kekuatan untuk dapat menanggung segala penderitaan dan aniaya, dan bertahan walaupun situasi kita seperti “domba di antara serigala”.  

Apa yang harus kita lakukan supaya kita dapat mengalami perjumpaan dengan Roh Kudus?

Perjumpaan dengan Roh Kudus, atau pencurahan Roh Kudus tidak dapat kita atur atau tentukan menurut kehendak kita. Itu adalah hak istimewa Roh Kudus untuk melakukannya sesuai dengan “kerelaan kehendak-Nya.” Seperti kita tidak dapat mengatur angin, atau turunnya hujan, demikian juga kita tidak dapat menentukan dengan kehendak kita kapan Roh Kudus akan menjumpai kita. Itu tergantung tujuan Allah dan keperluan yang Roh Kudus lihat dalam hidup kita. Kita hanya dapat “menantikan” dengan tekun dan dalam “ketaatan.” Selebihnya adalah Allah Roh Kudus yang menentukannya bukan keinginan kita.

Namun demikian perlu kita ingat bahwa pencurahan atau baptisan Roh Kudus itu adalah “Janji Bapa” (Kisah Para Rasul 1 : 4; 2 : 38 – 39). Itu adalah kendak dan rencana Bapa untuk orang yang percaya. Baptisan Roh Kudus juga adalah “pelayanan” Tuhan Yesus, karena Tuhan Yesus adalah “Pembaptis dengan Roh” (Matius 3 : 11) dan ini dijelaskan dalam keempat Injil. Adalah kehendak dan rencana Tuhan Yesus untuk membaptis orang-orang yang percaya kepada-Nya dengan Roh Kudus.

Tuhan Yesuslah yang menentukan. Oleh sebab itu kita dapat berdoa dan memohon kepada Tuhan Yesus agar berkenan membaptis kita dengan Roh Kudus. Syarat yang Tuhan Yesus berikan kepada orang yang mau dibaptis dengan Roh Kudus adalah “taat dan menantikan”. Waktu Tuhan Yesus memerintahkan kepada murid-murid-Nya “jangan” meninggalkan Yerusalem, maka itu berarti “perintah langsung” yang menuntut ketaatan. Mengapa ketaatan? Sebab itu adalah “landasan” yang cocok untuk Roh Kudus memanifestasikan diri-Nya. Roh Kudus tidak akan mengurapi orang yang tidak taat. Ingatlah, bagaimana Roh Kudus “undur” dari kehidupan Saul ketika Saul tidak taat kepada perintah Allah (1 Samuel 16 : 14).

Tuhan Yesus juga memerintahkan para murid untuk “menanti” janji Bapa. Mengapa? Sebab, dalam menanti ada unsur: percaya, berharap dan ketekunan. Hanya orang yang percaya yang mau menantikan janji. Jika orang tidak percaya akan suatu janji, ia tidak akan mau menanti. Menanti juga menunjukkan bahwa orang berharap penggenapan atas apa yang dijanjikan. Dalam penantian juga ada unsur ketekunan, karena penantian menuntut kesetiaan dan kesabaran selama kurun waktu tertentu. Ini adalah syarat-syarat bagi orang yang mau mengalami perjumpaan dengan Roh Kudus.

Jika kita mau menanti dalam ketaatan, maka selanjutnya yang dapat kita lakukan hanyalah berdoa dan mengucap syukur kepada Allah Bapa, yang berjanji untuk mencurahkan Roh-Nya (Yoel 2 : 28); kepada Tuhan Yesus, yang adalah Pembaptis dengan Roh (Matius 3 : 11) dan kepada Roh Kudus yang mengaruniakan “Persekutuan” dengan-Nya (2 Korintus 13 : 13). Pada waktunya Tuhan, maka Ia akan membaptis kita dengan Roh Kudus-Nya, dan Roh Kudus akan datang menghampiri kita, memenuhi kita dengan kuasa-Nya dan menguasai kita dengan hadirat-Nya.
Jika anda belum pernah mengalami perjumpaan ini, marilah kita mulai merindukan-Nya. Nyatakanlah kepada Allah bahwa anda memerlukannya. Jika kita hidup dalam kehendak dan rencana-Nya, tentulah Allah berkenan untuk mengurapi kita dengan Roh-Nya, seperti yang Allah lakukan terhadap Daud (Mazmur 89:21). Jika anda pernah mengalaminya dan ingin mengalaminya kembali, mintalah kepada Allah, sebab, seperti hujan yang dapat turun berkali-kali (dengan intensitas yang berbeda), maka pencurahan Roh Kudus dapat terjadi berulang kali, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya. Tentunya ini adalah kejadian yang istimewa bukan yang umum setiap hari. Marilah kita mengharapkan pencurahan Roh Kudus terjadi kembali atas kehidupan kita. Amin

Rahasia menunggu

Simeon adalah seorang yang benar dan saleh. Kehidupannya tidak pernah jauh dari Bait Allah. Kepada Simeon sudah diberitahukan Roh Kudus bahwa ia tidak akan mati sebelum melihat Mesias. Tetapi Roh Kudus tidak memberitahukan waktunya ia akan bertemu dengan Mesias. Menunggu bukanlah suatu perkara yang gampang. Tetapi Simeon lulus dalam hal menantikan kedatangan Juruselamat. Tetapi bisa kita bayangkan bagaimana pergumulan Simeon dalam menantikan hari kedatangan Mesias.
Untuk menghidupkan Firman yang diterima Simeon, ia selalu berada di bait Allah. Pemazmur Daud berkata : “Satu hal telah kuminta kepada TUHAN, itulah yang kuingini: diam di rumah TUHAN seumur hidupku, menyaksikan kemurahan TUHAN dan menikmati bait-Nya.” (Mazmur 27:4). Daud merindu untuk diam di rumah Tuhan, menyaksikan kemurahan Tuhan dan menikmati baitNya. Saya pikir bahwa kerinduan Daud ini juga menjadi kerinduan kita semua orang percaya. Kita tidak mau sekedar percaya Yesus, sekedar bernyanyi, menyembah, berdoa, tetapi kita ingin masuk dan menikmati kebaikan dan kemuliaan Tuhan.
Apa rahasia kesetiaan Simeon ? 
1.   Hidupnya dipenuhi Roh Kudus (ayat 25) “...Roh Kudus ada di atasnya”. Dalam hidup ini Roh Kudus sangat kita perlukan. Roh Kudus membantu kita mempertahankan Terang Illahi yang ada dalam hidup kita. Sebab dalam hidup ini kita harus menjadi saksi Tuhan. Dunia sedang menantikan terang kita melalui perbuatan-perbuatan baik kita. Di mana dan kapan saja kita harus memancarkan Terang Kristus.
2.   Roh Kudus berbicara kepadanya (ayat 26). Tuhan seringkali berbicara langsung di hati kita. Namun Firman Tuhan yang kita terima harus kita respon. Kita harus melakukan Firman Tuhan. Simeon bertahan dalam menantikan janji Tuhan, karena ia merespon janji Tuhan dengan selalu dekat kepada Tuhan. Dalam menunggu kedatangan Yesus kedua kalinya, kita semua harus menjadi jemaat yang aktif, jemaat yang gemar melakukan Firman Tuhan.
3.   Digerakkan Roh Kudus (ayat 27). Kemungkinan besar, Simeon sudah lanjut usia ketika bertemu dengan bayi Yesus. Tetapi sangat luar biasa, sebab tepat pada waktunya Roh Kudus menggerakkannya untuk datang ke bait Allah. Arahnya tepat, waktunya tepat, situasinya tepat untuk bertemu dengan bayi Yesus yang dibawa oleh orangtuanya ke bait Allah. Roh Kudus tidak pernah salah dalam memimpin seseorang. Karena itu jangan ragu untuk meminta pimpinanan Roh Kudus. Roma 8:14 – 8:14 “Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah”. Sebagai anak Tuhan, kita harus tunduk kepada pimpinan Roh Kudus. Roh Allah akan menggerakkan kita kepada kehendakNya.
Sudah berapa tahun Anda menjadi anak Tuhan? Bagaimana kesetiaan Anda kepada Tuhan, apakah semakin meningkat. Ukuran kerohanian kita adalah sampai sempurna. Karena itu iman kita harus selalu meningkat, tidak boleh begitu-begitu saja. Jadilah 'simeon-simeon' di akhir zaman, yang berhasil dalam menantikan kedatangan Yesus keduakalinya. Minta selalu tuntunan Roh Kudus supaya kita tidak lemah. Tuhan Yesus memberkati

Menjadi seperti  burung rajawali:

Yes 40:31 "Tetapi orang-orang yang menanti,nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah. "

Bagi setiap orang yang menantikan Tuhan, akan diperbaharui kekuatannya menjadi seperti seekor burung rajawali. 
Apakah ciri-ciri burung rajawali? Ciri yang utama dan terutama yaitu tidak takut badai. Orang yang berkarakter burung rajawali tidak takut badai kehidupan. Burung rajawali = malah menantikan datangnya badai.
Dia akan mengembangkan sayapnya, memperhatikan dengan pandangan visinya, kapan badai datang. Sebab dia akan menghadapinya dan menggunakan badai itu untuk melambung tinggi mendekati matahari.

Burung rajawali tidak mengepak-ngepakkan sayapnya, tetapi dia mengembangkan sayapnya. Dia tidak terbang dengan kekuatan kepak sayapnya, tetapi dia terbang dengan kekuatan angin. Orang yang diperbaharui kekuatannya oleh Tuhan akan menjadi seperti burung rajawali, tidak mengepak-ngepakkan sayap, bekerja dan berjuang memakai kekuatan sendiri, tetapi akan bersandar kekuatan angin Roh Kudus. 

Burung rajawali tidak seperti ayam atau anak ayam.Ayam atau anak ayam penciumannya tajam, mereka tahu saat akan datang badai. Mereka ribut berkotek-kotek, menciap-ciap, bingung lari kesana kemari, sambil mengepak-ngepakkan sayapnya mencari tempat persembunyian untuk berlindung terhadap badai. Apabila badai datang mereka bisa menjadi korban, sebab mereka lemah, tak berdaya, dia menjadi victim badai. Lain dengan burung rajawali, dia tidak menjadi victim, tetapi menjadi victor, pemenang, terbang mengatasi badai.

Demikian pula orang percaya yang menanti-nantikan Tuhan. Kekuatannya akan diperbaharui oleh Tuhan, sehingga ia menjadi kuat, sayap iman dan pengharapannya kuat. Dia tidak menjadi korban badai, tetapi dia menjadi lebih dari pemenang. Dia menghadapi badai dengan penuh keyakinan.

Badai pencobaan dalam kehidupan, badai masalah yang melanda datang dengan kencang dan derasnya, tetapi ia menanti dengan tenang, dia hadapi dengan kepastian, dan dia melayang di atasnya, dengan bersandar kekuatan dan kuasa Roh Kudus.

Burung rajawali yang melayang tinggi melambangkan kebebasan sempurna, menggambarkan kemerdekaan roh dan jiwa yang bersandar kepada Tuhan dan Roh Kudus.
Mereka yang sudah dimerdekakan oleh Yesus sebab sudah bertobat dan mengenal kebenaran, adalah orang yang merdeka sesungguhnya, sehingga mereka tidak tertindih oleh beban masalah, tetapi mereka melambung di dalam iman dan pengharapan mengatasi masalah atau badai kehidupan.

Badai dalam kehidupan tidak menjadi ancaman yang menakutkan atau raksasa yang menggentarkan, tetapi badai dalam kehidupan apabila dihadapi dengan berani. akan merupakan sarana untuk meningkat ke level yang lebih tinggi, yaitu makin dekat kepada Tuhan, Surya Kebenaran.

Jangan bersandar manusia di dalam menghadapi badai dalam kehidupanmu. Manusia pemahamannya terbatas. Mungkin ada yang simpati atau empathy kepada anda. Tetapi mungkin ada yang mencibir, mengejek, menertawakan anda. Mungkin di dalam menghadapi badai dalam kehidupan anda mulai berputus asa, tak ada orang yang peduli, tak ada yang faham, apalagi menolong. Mungkin anda merasa sendiri, ditinggalkan dan dibiarkan oleh teman, sahabat atau saudara. Anda kesepian.
Tetapi ingat, anda tidak sendiri, Tuhan bersama anda, Dia tidak melupakan dan tidak meninggalkan anda. Dia tidak membiarkan anda sebagai yatim piatu.
Yoh 14:18 "Aku tidak akan meninggalkan kamu sebagai yatim piatu. Aku datang kembali kepadamu. "
Mat 28:20 "Dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu.
Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai.kepada akhir zaman. "
Ibr 13:5,6 "Janganlah-kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau. "Sebab itu dengan yakin kita dapat berkata: "Tuhan adalah Penolongku. Aku tidak akan takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?"

Jangan takut!
Anda sendiri, kesepian? Memang. Burung rajawali tidak sama dengan yang lain. Burung-burung yang lain terbang berbondong-bondong. Kadang-kadang membentuk formasi. Aduuuh, enak, banyak teman. But an eagle flies alone (Tetapi burung rajawali terbang sendiri).
Tetapi bersama dengan Tuhan Yesus anda bisa melakukan segala sesuatu.
Flp 4:13 "Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku. "

Ayo terbang melintasi badai kehidupan dengan kekuatan sayap rajawali, dengan kuasa Firman dan Roh Kudus; dengan iman dan pengharapan, dan katakan ayat tersebut di atas untuk dirimu sendiri.

Ciri apa lagi yang dimiliki burung rajawali?
Ia menyediakan waktu untuk memperbaharui diri. Saat kekuatan sayapnya mulai berkurang, dia sabar. Dia berdiam diri ; dia tidak terbang. Dia mencari tempat yang tinggi di atas bukit batu. Bukit batu kita adalah Tuhan.
Mzm 18:3 "Ya TUHAN, bukit batuku, kubu pertahananku dan penyelamatku, Allahku, gunung batuku, tempat aku berlindung, perisaiku, tanduk keselamatanku, kota bentengku!”

Mzm 62:3,7 “Hanya Dialah gunung batuku dan keselamatanku, kota bentengku, aku tidak akan goyah.Hanya Dialah gunung batuku dan keselamatanku, kota bentengku, aku tidak akan goyah. “
Tuhan harus menjadi yang nomer satu dalam kehidupan kita. Bagi kita tidak ada duanya.

Apa yang dilakukan burung rajawali? Ada waktu pembaharuan bagi dia. Di sana dia akan mencabuti bulu-bulunya. Ada _ lebih kurang 7000 bulu pada dirinya, dan itu dicabutinya semua. Kemudian dia akan membersihkan dirinya dari debu, lumpur, dan kutu. Masa pembaharuan ini memakan waktu 40 hari.

Kita perlu ada waktu memperbaharui diri, iman, kasih, semangat, roh, cukup lama bersama Tuhan. Kalau perlu sabar, berdiam diri 40 hari 40 malam bersama Tuhan. Biar manusia lama, dan lain-lain yang sudah lama kita cabuti, dan yang baru timbul.
Setelah 40 hari, bersama dengan jalannya waktu, bulu-bulu yang baru sudah tumbuh, bersih, sehat, kuat, maka rajawali dapat terbang lebih dahsyat lagi di angkasa setelah pembaharuan.
Bagaimana dengan kekuatan rohani anda? Bagaimana dengan stamina anda? Mungkin anda terlalu sering menghadapi badai dalam kehidupan. Kekuatan iman dan pengharapan anda menurun, anda perlu diisi dengan Firman yang baru dan anda perlu pengurapan yang segar, sehingga anda lebih dahsyat menghadapi masalah.
Ciri yang lain:
Burung rajawali mempunyai persiapan diri setiap hari. la menggosok paruhnya. la membuat bulu pada tubuhnya sangat berminyak sehingga pada waktu dia menukik ke dalam laut untuk menyambar ikan, ia tidak tenggelam. Dia dapat keluar dengan bulu yang kering dan mengkilat sebab berlumuran minyak.
Kitapun perlu mempunyai waktu persiapan setiap hari. 
1. Persiapan dalam berkata-kata.
Yes 50:4 "Tuhan ALLAH telah memberikan kepadaku lidah seorang murid, supaya dengan perkataan aku dapat memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu. Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid. "
2. Persiapan untuk mendengar.
Yes 50:5 "Tuhan ALLAH telah membuka telingaku, dan aku tidak memberontak, tidak berpaling ke belakang. "

3. Persiapan untuk menderita.
Yes 50:6 "Aku memberi punggungku kepada orang-orang yang memukul aku, dan pipiku kepada orang-orang yang mencabut janggutku. Aku tidak menyembunyikan mukaku ketika aku dinodai dan diludahi."

Biarlah kehidupan kita diurapi kembali oleh Roh Kudus agar tantangan dan bahaya tidak akan mencelakakan kita. 
Persiapan-persiapan itu adalah untuk memampukan kita terbang tinggi hari lepas hari.

5 Bahasa cinta

Menurut Dr Gary Chapman, konselor pernikahan sekaligus penulis The 5 Love Languages: The Secret to Love That Lasts, setiap orang berbicara dengan salah satu dari lima "bahasa cinta". Dan jika Anda tahu "bahasa" tersebut, Anda akan lebih mudah untuk mengungkapkan kasih sayang.

Bahasa cinta pertama: kata-kata pujian

Menurut Tessina, pria dan wanita akan merasa sangat hangat dan bahagia ketika mereka menerima pujian dan kata-kata dorongan dari pasangannya.

"Pasangan perlu merasa bahwa dirinya melalui hari dengan bekerja bersama dan dapat saling mengandalkan dan saling mendukung. Pujian dan dorongan membantu menentukan kebaikan hubungan," katanya.

Bahasa cinta kedua: kualitas waktu

Sebagian pria dan wanita mendambakan perhatian penuh pasangan mereka lebih dari yang bisa diberikan orang lain.

"Ini adalah bukti bahwa pasangan peduli tentang Anda. Ini adalah ekspresi cinta nonverbal dan menunjukkan ketertarikan pada kepribadian Anda dan apa yang Anda katakan. Keinginan untuk melakukan sesuatu bersama-sama adalah tanda hubungan yang sehat," kata Tessina.

Bahasa cinta ketiga: menerima hadiah

Bunga, cokelat, dan hadiah lainnya dapat berfungsi sebagai simbol cinta.

"Ini adalah perayaan sederhana atas hubungan dan cinta Anda. Barang-barang ini menjadi bentuk rasa peduli, tapi Anda tidak perlu boros karenanya. Simbol materi kadang diperlukan,” imbuh kata Tessina.

Bahasa cinta keempat: melayani

Bahasa cinta bisa sangat beragam bentuknya, salah satunya ketulusan untuk melayani.

"Ini adalah ekspresi yang sangat penting dalam menjaga dan sebuah kerja sama. Menjadi pasangan yang dapat diandalkan satu sama lain dalam cara-cara sederhana adalah bagian besar dari hubungan Anda," ujar Tessina.

Bahasa cinta kelima: sentuhan fisik

Bagi sebagian orang, mengatakan "I love you" kepada istri atau suami seperti sudah basi. Toh, kata-kata cinta sudah diumbar saat masa pacaran. Benarhkah?

"Salah satu kesalahan terbesar pasangan yang menggambarkan diri mereka sebagai 'sahabat terbaik’ adalah membiarkan sisi fisik cinta terbengkalai begitu saja," kata Tessina.

"Perbedaan antara teman dengan hubungan pernikahan yang menyenangkan dan berkembang adalah kasih sayang secara fisik dan seks. Isi kehidupan seks Anda dengan godaan," tambahnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar